Teror di Kampung Melayu

Ledakan besar mengguncang terminal Kampung Melayu, Rabu malam itu. Secepat kilat, foto-foto korban ledakan beredar di media sosial. Sungguh mengerikan. Bukan hanya gambar halte bus yang berantakan, bahkan foto kepala tanpa badan.

Saya sudah di depan gerbang kantor hendak mengakhiri tugas hari itu, ketika telepon berbunyi. “Vidi ke Rumah Sakit Polri yah, nanti jenazah korban ledakan dibawa ke situ,” kata Koordinator Liputan Andre Pandia di ujung telepon.

Mobil kami langsung balik arah, mencari jalan tercepat ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Jalanan Macet.  Dua jam kemudian, pukul 22.30 wib, kami baru tiba di RS Polri.

Belum sempat memperoleh banyak data dan tak sempat mewawancarai siapapun, kami diminta segera mempersiapkan laporan langsung dari rumah sakit. Bahan saya sedikit, hanya berdasarkan pandangan mata dari depan Ruang Instalasi Forensik Rumah Sakit. Seorang pejabat rumah sakit acuh tak acuh menjawab pertanyaan saya. “Mana gua tahu,” katanya ketika saya bertanya informasi jumlah jenazah yang akan dibawa ke ruang Forensik.

Laporan dalam program breaking news itu harus segera ditayangkan. Dari seberang, saya dengar suara presenter Maydoph Elfrina. “Vidi, sudah adakah jenazah korban ledakan yang dibawa ke Rumah Sakit Polri untuk diidentifikasi?” tanya Maydoph.

Saya jelaskan bahwa belum ada korban ledakan yang didatangkan. Tetapi pihak Rumah Sakit tampak sudah mempersiapkan kedatangan jenazah. Jumlah korban yang akan didatangkan belum dapat diketahui. Tetapi biasanya, jenazah-jenazah yang sulit dikenali bakal dibawa ke rumah sakit ini, karena memiliki kemampuan dan fasilitas yang baik untuk melakukan identifikasi jenazah.

Maydoph masih memberondong lagi dengan beberapa pertanyaan. 

Setelah laporan langsung, saya mencari data lagi ke ruang unit Gawat Darurat. Dari sana, diketahui seorang anggota kepolisian bernama Bripda Puji Satrio yang menjadi korban ledakan baru saja menjalani perawatan.

Informasi lain, seluruh jenazah korban meninggal bakal diiidentifikasi di RS Polri. Semakin jelas pula bahwa ledakan di Kampung Melayu itu bersumber dari bom yang dibawa dua orang. Kedua pelaku ikut tewas.

Tak berapa lama, masuk jenazah pertama dibawa Ambulance hitam. Di dalam mobil, ada seorang perempuan tua duduk di samping keranda jenazah. “Taufan baru ngobrol sama saya tadi,” katanya terisak. Ada sejumlah perwira Polisi yang coba menenangkan perempuan tersebut. 

Jenazah yang masuk itu belakangan saya ketahui seorang anggota polisi bernama Taufan Tsunami. Pangkatnya Brigardir Dua. Perempuan yang ikut di mobil jenazah adalah ibunya.

Informasi yang lebih banyak itu, saya sampaikan di laporan langsung berikutnya. 

Perkiraan saya tepat, semua jenazah (lima jenazah ) dibawa untuk diindentifikasi di RS Polri. Bahkan ada enam kantong jenazah yang terlihat tipis karena  hanya berisi potongan tubuh. Saya baru meninggalkan RS Polri sekitar pukul tiga pagi setelah memastikan tidak ada lagi jenazah yang didatangkan ke RS Polri.

Tinggalkan komentar